Thursday, February 16, 2017

Tradisi Kabanti Sebagai Tradisi Lisan Masyarakat Wakatobi (4)

foto diambil dari facebook
Tradisi di Wakatobi











Kabanti Tradisi Lisan Masyarakat Wakatobi

Tradisi budaya wakatobi
Inti mantra berbau animisme - dinamisme adalah bentuk mantra-mantra yang banyak meminta pada kayu atau roh-roh halus. Pada umumnya mereka yang mempercayai memanggil roh yang mendiami suatu tempat dengan menyebutnya sebagai waompu (nenek) misalnya pada kepercayaan Wa Maonde (76 Thn) dengan mengkramatkan saudaranya yang ada di laut, ia mempercayai bahwa tiga batu yang ada di Molii Pu'u-pu'u di desa Matahora sebagai tempat bermukimnya atau tempat bersemayamnya roh dari neneknya. Maka setiap berdoa' ia selalu meminta pada roh neneknya dengan mengawali dan mengakhiri dengan menyebut nama neneknya.

foto diambil dari fb
Pemakaman di Liya wakatobi

Tradisi budaya wakatobi
Sebagai tradisi lisan yang ada dimasyarakat wakatobi berupa nyanyian rakyat (kabanti). Sastra lisan kabanti dinyanyikan dalam beberapa konteks aktivitas masyarakat wakatobi dalam kegiatan menidurkan anak-anak (lunga-lunga), cara mengungkapkan perasaan laki-laki dan perempuan (pobati), acara adat pakande-kandea (kadandio) sampai dengan kabanti untuk pengobatan (bae-bae) dan ada juga kabanti yang dinyanyikan sebagai pengantar tarian, misalnya tari lariangi, tari pajoge, dan tari kenta-kenta. Dalam penggunaanya sebagai pengantar tidur anak-anak sampai dengan hari ini masih diguanakan oleh ibu-ibu yang menidurkan bayi atau anak-anaknya, baik yang tinggal didaerah terpencil maupun daerah perkotaan yang ada di wakatobi.

Tradisi budaya wakatobi
Tradisi lisan tangke-tangkeku (teka-teki) biasa dilakukan oleh anak-anak pada waktu bulan purnama dibawah sinar bulan. Menurut La Unga (89 Thn) bahwa tradisi tengke-tengkeu sudah menjadi tradisi lisan dimasyarakat wakatobi sejak dahulu. Karena dari tradisi tangke-tangkeku ini seseorang dapat diuji analisanya dalam menemukan jawaban dari lawan bermainya yang memberikan soal. Seperti saat diminta informasi La Unga masih ingat pernah mengungkapkan teka-teki ini dijaman dahulu dan ia tanyakan kembali yaitu " tangkeku-tangkeku, tewe'u nggae-nggae ?" (teka-teki, air tergenang yang menggantung ?). Ini merupakan pertanyaan teka-teki yang gampang-gampang susah, jawaban dari teka-teki itu adalah........."kaluku la" (kelapa)


foto diambil dari fb
Pohon kelapa di pantai Wakatobi

Tradisi budaya wakatobi
Sampai saat ini tradisi tangke-tangkeku ini masih dilakukan oleh masyarakat wakatobi sebagai pengisi waktu dari orang tua dengan anak-anaknya ketika istirahat dikebun, saat mengupas ubi kayu bersama, saat membuat minyak kelapa. Tradisi tangke-tangkeku antara orang tua dengan anak ini juga merupakan bagian dari proses pendidikan bagi generasi mudanya. Karena dalam tradisi tangke-tangkeku ini sarat akan analisa dan pengambilan keputusan jawaban dari teka-teki yang diberikan. Tradisi tangke-tangkeku ini juga bisa dilakukan secara berkelompok, dimana antar kelompok akan saling lempar pertanyaan dan dijawab.

Tradisi  budaya wakatobi
Cerita rakyat (tula-tula) merupakan cerita rakyat yang diperdengarkan oleh orang-orang tua sebagai pengantar tidur anak-anak diatas usia balita. Kebanyakan anak-anak wakatobi berkumpul diruang tengah rumahnya untuk mendengnarkan cerita dari nenek atau kakek mereka. Cerita itu kadang juga disampaikan dalam bentuk teka-teki seperti yang dilakukan oleh para orang tua kepada anak gadisnya yang yang sedang memarut ubi kayu, atau menunggu minyak kelapa yang sedang dimasak. Cerita yang disampaikannya pun sangat beragam, misalnya cerita wandiu-diu, wa ode-ode sandibula, lamisi-misikini dan cerita rakyat lainya yang masih berkembang ditengah masyarakat wakatobi sampai dengan sat ini.

Tradisi budaya wakatobi
Baca juga : Tradisi Kabanti Sebagai Tradisi Lisan Masyarakat Wakatobi (5)

No comments:

Post a Comment